Tugas Cerita Rakyat
Judul Cerita Rakyat : Massudi Lalong-Dodeng-Lebonna
1.
Siapa saja
dan sifatnya bagaimana?
Jawab:
-
Lebonna:
- Mudah percaya dan dibodohi (Bukti: “Mendengar kabar tentang
kematian sang kekasih,Lebonna sangat terkejut dan tidak sanggup menerima kabar
tersebut. Bahkan ia sampai mengurung diri dan tak mau makan selama beberapa
hari.”)
- Setia (Bukti: “Lebonna tak bergeming sedikitpun
untuk dibujuk ataupun dirayu karena cintanya memang hanya untuk Paerengan.”)
-
Anak buah
Paerengan:
- Licik (Bukti: “Namun, saat terjadi pertempuran, salah seorang anak
buah Paerengan diam-diam lari dari medan pertempuran, dengan maksud merebut
Lebonna dengan menyampaikan kabar bohong mengenai kematian Paerengan, kepada
Lebonna dengan berpura-pura sedih.”)
-
Massudi
Lalong Paerengan:
- Pemberani (Bukti: “...terhadap Lebonna yang berhasil merebut
hati Paerengan, pemuda tampan dan pemberani.”)
-
Dodeng:
- Sulit percaya (Bukti: “Namun PESAN Lebonna untuk kekasihnya tidak
langsung disampaikan Dodeng, karena masih kurang percaya dengan apa yang ia
dengar.”)
2.
Kemukakan
latar dalam cerita rakyat tersebut!
Jawab:
-
Latar
tempat:
- Medan pertempuran (Bukti: “Merekapun berangkat ke medan pertempuran
untuk berperang (Mangrari).”)
- Kampung (Bukti: “Sementara itu Lebonna tinggal di Kampung...”)
- Liang batu, desa Salu Barana, Lembang Bua Kayu (Bukti: “...kemudian
dimakamkan di sebuah Liang batu, tepatnya di desa Salu Barana, Lembang Bua
Kayu.”)
- Rumah Lebonna (Bukti: “...menuju ke rumah Lebonna, kekasihnya
yang sangat ia rindukan.”)
- Pohon Enau (Bukti: “...Paerengan ikut bersama Dodeng ke
pohon enau...”)
- Rumah, kamar Paerengan (Bukti: “...Paerengan pun langsung ke
rumahnya, masuk ke kamarnya...”)
- Atas atap
pendopo (Bukti: “...Paerengan naik keatas atap pendopo...”)
-
Latar
waktu:
- Saat terjadi pertempuran (Bukti: “Namun, saat
terjadi pertempuran...”)
- Petang hari (Bukti: “... ia harus berangkat setelah petang
hari.”)
- Malam hari (Bukti: “... padahal
belum terlalu gelap (malam).”)
-
Latar
suasana:
- Sedih, menyedihkan, terpukul (Bukti: “... alangkah
terpukulnya Paerengan...”, “...ia selalu bersedih...”)
- Menegangkan,
menakutkan (Bukti: “..., tak sanggup berbuat apa-apa. Ia terpaku. Saat
...ia langsung keringat dingin dan jatuh sakit.”)
3.
Apa saja yang
unik?
Jawab:
Bagi saya, yang unik dari cerita
rakyat Massudi Lalong-Dodeng-Lebonna adalah kesetiaan Lebonna pada Paerengan,
yang membuatnya rela untuk melakukan bunuh diri untuk menepati janji sehidup
semati yang dia buat dengan Paerengan.
4.
Bagaimana isinya?
Jawab:
Isi cerita rakyat ini menceritakan
sebuah kisah cinta sehidup semati antara Lebonna dan kekasihnya Massudi Lalong
Paerengan yang berakhir tragis.
5.
Apa
pelajaran/amanat yang bisa diambil dari cerita?
Jawab:
-
Pentingnya
kejujuran dan kesetiaan
-
Jangan
mengumbar janji yang belum tentu dapat ditepati
6.
Apakah
sesuai dengan nilai(spirit) yang ada di zaman sekarang?
Jawab:
Ya, sesuai. Karena sampai sekarang,
kejujuran dan kesetiaan seseorang sangatlah penting dalam kehidupan
sehari-hari. Begitu juga dengan janji yang sangat penting untuk tidak
diingkari, karena jika diingkari, kepercayaan seseorang pada yang mengingkari
janji itu akan berkurang.
Cerita Rakyat Tana
Toraja "Massudi Lalong-Dodeng-Lebonna"
Tersebutlah Lebonna, seorang wanita
cantik, berkulit putih, berhidung mancung, tinggi semampaidan berambut panjang
dari Daerah Bau, Bonggakaradeng. Dalam perjalanan hidupnya, ia kemudian menjadi
rebutan para lelaki, namun akhirnya ia jatuh hati pada seorang lelaki tampan,
pemberani dan sakti bernama Massudilalong Paerengan.
Dalam jalinan hubungan asmaranya,
kedua sejoli mengikat janji untuk sehidup semati, dan saat meninggal nanti,
keduanya harus dimakamkan dalam satu peti mati.
Seiring berjalannya waktu, hubungan
asmara keduanya semakin mesra, dan akhirnya banyak pria yang cemburu terhadap
Paerengan yang berhasil merebut hati Lebonna, begitu juga banyak wanita yang
cemburu terhadap Lebonna yang berhasil merebut hati Paerengan, pemuda tampan
dan pemberani.
Namun, takdir berkata lain saat
muncul kabar bahwa daerah tetangga akan melakukan penyerbuan, dan Paerengan
yang memang dikenal sebagai ksatria, diminta untuk memimpin pasukan. Merekapun
berangkat ke medan pertempuran untuk berperang (Mangrari).
Sementara itu Lebonna tinggal di
Kampung sembari menenun menunggu kekasihnya kembali. Namun, saat terjadi
pertempuran, salah seorang anak buah Paerengan diam-diam lari dari medan
pertempuran, dengan maksud merebut Lebonna dengan menyampaikan kabar bohong
mengenai kematian Paerengan, kepada Lebonna dengan berpura-pura sedih.
Mendengar kabar tentang kematian
sang kekasih,Lebonna sangat terkejut dan tidak sanggup menerima kabar tersebut.
Bahkan ia sampai mengurung diri dan tak mau makan selama beberapa hari.
Usaha anak buah Paerengan yang
kabur dari medan perang itu ternyata tidak membuahkan hasil.Lebonna tak
bergeming sedikitpun untuk dibujuk ataupun dirayu karena cintanya memang hanya
untuk Paerengan. Tiap malam Lebonna selalu teringat akan janji yang telah ia
sepakati bersama kekasihnya, Paerengan. Dan akhirnya, ia menepati janjinya
untuk sehidup semati dengan kekasihnya dengan cara gantung diri.
Setelah tewas dan memilih gantung
diri, demi membuktikan cinta sucinya, jenasah Lebonna kemudian dimakamkanyang
terlebih dahulu harus melalui prosesi “dialuk”, kemudian dimakamkan di sebuah
Liang batu, tepatnya di desa Salu Barana, Lembang Bua Kayu. Menurut cerita,
pada saat mayat Lebonna di masukkan kedalam Liang, Pintu baru tiba-tiba
tertutup rapat, dan rambut panjang Lebonna masih terurai keluar sampai bibir
Gua. Menurut kepercayaan masyarakat Toraja, saat itu Lebonna masih belum rela
masuk ke dalam Liang tanpa ditemani Massudilalong Paerengan, sang kekasih yang
sudah mengikat janji dengannya untuk sehidup semati.
(Bagaimana dengan Paerengan?)
Paerengan pun kembali dari medan peperangan dengan kabar kemenangan, dan
langsung menuju ke rumah Lebonna, kekasihnya yang sangat ia rindukan.
Namun alangkah terpukulnya
Paerengan, Lebonna gadis yang sangat ia cintai telah pergi untuk
selama-lamanya.
Setelah mengetahui Kekasih telah
tiada, kehidupan Paerengan sangat tidak menentu. Dia yang dikenal sebagai
kesatria sejati dan sangat disegani, kini hidup dalam kondisi tertutup. Setiap
hari ia selau bersedih, dan menyendiri. Dilematis, Paerengan harus memilih
memenuhi janjinya sehidup-semati dengan Lebonna atau hidup untuk membela
wilayahnya wilayahnya dari serangan musuh.
Hari-haripun
berlalu, tersebutlah seorang bernama Dodeng,Pembantu Paerengan yang sangat
dekat dengan Paerengan. Dodeng memiliki sebuah pohon enau yang berdekatan
dengan Liang kubur Lebonna. Pada suatu ketika, Dodeng terlambat mengambil
nira/tuak,sehingga ia harus berangkat setelah petang hari. Saat mengambil Tuak,
Dodeng mendengar suara yang tidak asing lagi, suara yang ia ketahui dan kenal
sebagai suara Lebonna. Sebagian masyarakat Toraja percaya bahwa arwah seseorang
yang meninggal dengan cara bunuh diri akan tidak tenang, seperti halnya arwah Lebonna.Apa
pesan yang ingin disampaikan Lebonna kepada Dodeng untuka disampaikan kepada
kekasihnya Paerengan-Massudilalong ? Dodeng mendengarkan suara jeritan Lebonna
mengenai kekasihnya yang belum memenuhi janjinya untuk sehidup-semati. Pesan
Lebonna kepada Massudilalong melalui Dodeng tersirat melalui lirik sebuah lagu
:
Dodeng mangrambi mandedek, Dodeng
ma’pa tuang-tuang, rampananpi pededekmu, annapi te kamali’ku …. ammu perangina’
mati’, ammu tanding talingana’…. Parampoanpa kadanku, pepasan mase-maseku, lako
to Massudilalong, muane sangkalamma’ku…
Mukua duka la sang mateki e so’
eee…. Paerengan o… Rendengku. Angku dolo, angku mate(…) tae’ si la matena,
lasisarak sunga’na, (…) Ulli-ulli soladuka Borro sito’doan duka(…) o
Rendengku….
Artinya kurang lebih; Hei.. Dodeng
yang mengambil tuak, hentikanlah dahulu aktivitasmu…. Dengarlah pesan deritaku…
untuk kekasihku Massudilalong…. Katanya akan sependeritaan… Juga
sehidup-semati…. Tapi semuanya cuma hampa… saya telah lama mati, bunuh diri
karena janji… sementara dia masih hidup.
Dodeng yang mendengar suara
rintihan penuh permohonan itu, tak sanggup berbuat apa-apa. Ia terpaku. Saat
tersadar, ia langsung lari ke rumah Paerengan dan tak sempat mengambil tuak
lagi. Sesampai di rumah, ia langsung keringat dingin dan jatuh sakit.
Namun PESAN Lebonna untuk
kekasihnya tidak langsung disampaikan Dodeng, karena masih kurang percaya
dengan apa yang ia dengar. Ia khawatir itu hanya khayalan belaka, kendati itu
sempat membuatnya jatuh sakit. Akhirnya Dodeng kembali mencoba untuk mengambil
ballo atau tuak, namun kali ini ia lebih awal dating. Alangkah terkejutnya
Dodeng, suara itu kembali ia didengarkannya padahal belum terlalu gelap
(malam). Mendengar suara sedih yang berintihkan pesan itu, Dodeng lalu
mengambil langkah seribu tanpa menbawa tuak.
Akhirnya perubahan sikap Dodeng
membuat Paerengan curiga. Ia kemudian mendesak Dodeng untuk menceritakan apa
yang terjadi padanya, Dodeng pun tak tahan dan menyampaikan hal tesebut kepada
Paerengan.
Tak yakin dengan cerita Dodeng,
Paerengan pun ingin membuktikannya, sehingga keesokan harinya saat petang
Paerengan ikut bersama Dodeng ke pohon enau, yg tak jauh dari pemakaman
Lebonna. Setelah Dodeng naik keatas pohon enau, suara itu kembali terdengar.
Paerengan yang hadir secara diam-diam menyimaknya dengan jelas. Setelah
mendengar langsung pesan Lebonnaitu, Paerengan pun langsung ke rumahnya, masuk
ke kamarnya dan menutup pintu rapat-rapat.ia sangt terpukul karena lalai dari
janji setia yang telah disepakatinya bersama Lebonna; kekasih yang sangat
dicintainya.
Tak menunggu lama Paerengan sang
panglima perang meminta agar semua pasukannya berkumpul dengan membawa tombak.
(Apa yang ingin dia lakukan ?) ia beralasan akan melaksanakan upacara merok
yaitu ritual dengan menyembelih kerbau dengan cara ditombak.
Esoknya, semua tentara berkumpul di
lapangan terbuka. Semua keluarga Paeengan juga hadir. Saat itu, puluhan kerbau
telah disiapkan, para tentara juga telah membawatombak masing-masing. Paerengan
kemudian meminta agar semua tentaranya menancapkan tombak dengan posisi mata
tombak keatas. Saat semua warga dan tentara berkumpul, diam-diam Paerengan naik
keatas atap pendopo yang memang sudah ada sebelumnya. Disangkanya akan
menyampaikan pidato, namun ternyata ia justru melompat tepat diatas ratusan
ujung tombak yang telah ditancapkan.
Paerengan
pun tewas secara tragis, dan telah memenuhi janjinya. Pada saat Paerengan
dimakamkan, bukan di tempat Lebonna dimakamkan,jenasah Paerengan selalu muncul
lagi dirumahnya secara tiba-tiba. Kejadian ini terjadi tiga kali, sampai
akhirnya Dodeng mengisahkan kejadian yang sebenarnya termasuk suara yang
didengarnya saat hendak mengambil tuak. Setelah DIMAKAMKAN SATU LIANG DENGAN
Lebonna, barulah mayat Paerengan menjadi tenang.
Ini adalah tugas Bahasa Indonesia sekitar awal Februari. Kami ditugaskan untuk menjawab pertanyaan yang ada sesuai dengan apa yang ada di dalam cerita rakyat yang kami pilih.
Cerita rakyat 'Massudi
Lalong-Dodeng-Lebonna' adalah cerita rakyat Toraja.
Semoga ini dapat membantu teman-teman yang membutuhkan bantuan atau informasi mengenai cerita rakyat ini.
Komentar
Posting Komentar